Blog Archive

Labels

Labels

Laporkan Penyalahgunaan

Blogroll

About

BTemplates.com

Langsung ke konten utama

Penyesalan dan Pengalaman Baru Belajar Finansial Planning


Penulis: Muftikhatul Muna

Finansial Planning merupakan hal baru bagi saya. Awalnya sebelum mengikuti kelas FinPlan di Finansialku, saya menganggap enteng kelas  finansial planning . “Kenapa finansial planning penting untuk diri sendiri, bukannya setiap orang pasti bisa ya, atau mungkin jika nanti kita mengikuti kelasnya, kita hanya disuruh kampanye Reksadana di sosial media kita”. Prasangka itu terus melekat kepada saya sebelum mengikuti kelas Finansialku. Namun setelah pertama kali saya mengikuti kelas finansialku yang di mentori oleh Laurenia Nathania, yang pada waktu itu membahas pentingnya  mengatur keuangan diri sendiri dan memberikan contoh kasus seseorang yang akan merugi karena tidak dapat mengatur keuangannya serta memberikan solusinya yaitu materi tentang Finansial planning seperti cara membagi uang untuk di tabung, membayar hutang, dana darurat dan menabung. Saya jadi teringat masa lalu saya, dimana saya pernah menghasilkan cukup banyak uang untuk waktu itu, namun saya menyesal karena tidak tahu cara mengelola uang dan tidak sadar pentinya menabung.

Sejak SMP kelas 1 hingga lulus SMA saya sering mengikuti lomba dan sering mendapatkan juara. Jika dihitung-hitung selama satu tahun mungkin saya bisa menghasilkan 5- 10 juta rupiah atau lebih,  dari uang pembinaan lomba serta  insentif-insentif yang di berikan oleh sekolah, pemerintah kota hingga daerah. Terlebih kebutuhan saya tidak terlalu banyak dan saya juga di pesantren dimana kebutuhan sudah di cukupi orang tua, dan tidak ada kebutuhan lain. Waktu itu uang saya gunakan  untuk jajan di sekolah dan sering mentraktir teman-teman saya, atau kadang saya berikan kepada orangtua. Andai saja saya bisa megelola uang dan sadar pentingnya menabung mungkin saya setidaknya bisa memiliki beberapa puluh juta dari hasil kejuaraan lomba yang sering saya jalani dari saya SMP hingga menjadi Mahasiswa seperti sekarang. Mengapa tidak ada yang mengarahkan menabung?, mungkin jika ada seseorang yang membaca tulisan ini akan muncul pertanyaan demikian. Orang tua saya tidak memiliki pendidikan tinggi, orang tua saya juga bukan dari golongan ekonomi yang cukup dan mungkin juga belum sadar pentingnya menabung sejak dini waktu itu. Dan ketika saya memberikan uang saya kepada mereka, uang tersebut tidak ditabung  namun digunakan untuk kebutuhan lain untuk keluarga. Di pesantren pun juga tidak ada pendidikan terkait pentingnya menabung, dan hanya pendidikan tentang pentingnya sedekah. Oleh karena itu jika saya sadar menabung sejak dini, setidaknya sejak SMA saya tidak akan semenyesal ini. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya untuk lebih baik di kedepannya dalam mengatur uang dan serta pelajaran untuk masa depan nanti ketika sudah berkeluarga untuk mengajarkan kepada anak-anak saya untuk menabung sejak dini.

Materi 1 di Finansialku adalah ilmu yang sangat menggugah saya untuk menabung. Meskipun saya tidak memiliki penghasilan tetap namun saya masih berusaha mengikuti beberapa lomba dan beberapa kali juga masih mendapatkan kejuaraan. Selain itu saya juga mendapatkan beasiswa X yang memberikan uang saku serta beberapa kali diajak teman membantu WO dalam suatu acara dan mendapatkan upah 100-200 ribu di satu acara. Hal-hal tersebutlah yang memberikan saya penghasilan selama kuliah ini dan sejak mengikuti kelas Finansialku saya mulai sadar untuk  mengatur uang dan sadar menabung untuk masa depan saya. Cara saya mengatur uang saya ketika saya memiliki penghasilan adalah membagi 3 keuangan saya yang pertama untuk 1/3 dana darurat, 1/3 menabung dan 1/3 pengeluaran sehari-hari. Misalnya Saya mendapatkan uang 200 ribu dari membantu acara teman sebagai WO, misal 70 untuk ditabung, 65 dana darurat, dan 65 untuk biaya jajan sehari-hari. Begitu juga pendapatan lain, saya akan membagi tiga pendapatan saya. Kebetulan pandemi ini saya tidak banyak berkegiatan di luar dan lebih sering berkegiatan di dalam rumah sehingga pengeluaran bulanan saya juga tidak terlalu banyak, dimana yang biasanya sehari habis 50 ribu per hari/ +- 1,5 juta sebulan untuk biaya tranportasi dan makan, namun sekarang 500 ribu sebulan tidak pasti sehingga untuk donasi atau sedekah bulanan sementara mengambil uang yang dari pengeluaran bulanan. Selain itu jika saya memiliki keinginan untuk membeli baju, saya harus mengumpulkan uang dari memotong 50% dari 1/3 uang pengeluaran bulanan dan juga harus membatasi untuk tidak banyak jajan. Sebagai gantinya membawa bekal dari rumah jika keluar rumah atau berkegiatan di luar rumah. Dan akhirnya selama hampir 2 bulan saya mulai belajar mengatur keuangan, kini saya telah memiliki tabungan lebih dari 3 juta, dan ini pencapaian saya yang sangat berarti. Saya berharap dari pembelajaran Finansial Planning ini saya bisa mengatur keuangan saya dengan lebih baik kedepan.

 

 

Komentar