Penulis: Muftikhatul Muna
Finansial
Planning merupakan hal baru bagi saya. Awalnya sebelum mengikuti kelas FinPlan di
Finansialku, saya menganggap enteng kelas finansial planning . “Kenapa finansial
planning penting untuk diri sendiri, bukannya setiap orang pasti bisa ya, atau mungkin
jika nanti kita mengikuti kelasnya, kita hanya disuruh kampanye Reksadana di
sosial media kita”. Prasangka itu terus melekat kepada saya sebelum
mengikuti kelas Finansialku. Namun setelah pertama kali saya mengikuti kelas
finansialku yang di mentori oleh Laurenia Nathania, yang pada waktu itu
membahas pentingnya mengatur keuangan
diri sendiri dan memberikan contoh kasus seseorang yang akan merugi karena
tidak dapat mengatur keuangannya serta memberikan solusinya yaitu materi
tentang Finansial planning seperti cara membagi uang untuk di tabung, membayar
hutang, dana darurat dan menabung. Saya jadi teringat masa lalu saya, dimana
saya pernah menghasilkan cukup banyak uang untuk waktu itu, namun saya menyesal
karena tidak tahu cara mengelola uang dan tidak sadar pentinya menabung.
Sejak SMP
kelas 1 hingga lulus SMA saya sering mengikuti lomba dan sering mendapatkan
juara. Jika dihitung-hitung selama satu tahun mungkin saya bisa menghasilkan 5-
10 juta rupiah atau lebih, dari uang
pembinaan lomba serta insentif-insentif
yang di berikan oleh sekolah, pemerintah kota hingga daerah. Terlebih kebutuhan
saya tidak terlalu banyak dan saya juga di pesantren dimana kebutuhan sudah di
cukupi orang tua, dan tidak ada kebutuhan lain. Waktu itu uang saya
gunakan untuk jajan di sekolah dan
sering mentraktir teman-teman saya, atau kadang saya berikan kepada orangtua.
Andai saja saya bisa megelola uang dan sadar pentingnya menabung mungkin saya
setidaknya bisa memiliki beberapa puluh juta dari hasil kejuaraan lomba yang
sering saya jalani dari saya SMP hingga menjadi Mahasiswa seperti sekarang. Mengapa
tidak ada yang mengarahkan menabung?, mungkin jika ada seseorang yang membaca
tulisan ini akan muncul pertanyaan demikian. Orang tua saya tidak memiliki
pendidikan tinggi, orang tua saya juga bukan dari golongan ekonomi yang cukup
dan mungkin juga belum sadar pentingnya menabung sejak dini waktu itu. Dan ketika
saya memberikan uang saya kepada mereka, uang tersebut tidak ditabung namun digunakan untuk kebutuhan lain untuk
keluarga. Di pesantren pun juga tidak ada pendidikan terkait pentingnya
menabung, dan hanya pendidikan tentang pentingnya sedekah. Oleh karena itu jika
saya sadar menabung sejak dini, setidaknya sejak SMA saya tidak akan semenyesal
ini. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya untuk lebih baik di
kedepannya dalam mengatur uang dan serta pelajaran untuk masa depan nanti
ketika sudah berkeluarga untuk mengajarkan kepada anak-anak saya untuk menabung
sejak dini.
Materi 1 di
Finansialku adalah ilmu yang sangat menggugah saya untuk menabung. Meskipun
saya tidak memiliki penghasilan tetap namun saya masih berusaha mengikuti
beberapa lomba dan beberapa kali juga masih mendapatkan kejuaraan. Selain itu
saya juga mendapatkan beasiswa X yang memberikan uang saku serta beberapa kali
diajak teman membantu WO dalam suatu acara dan mendapatkan upah 100-200 ribu di
satu acara. Hal-hal tersebutlah yang memberikan saya penghasilan selama kuliah
ini dan sejak mengikuti kelas Finansialku saya mulai sadar untuk mengatur uang dan sadar menabung untuk masa
depan saya. Cara saya mengatur uang saya ketika saya memiliki penghasilan
adalah membagi 3 keuangan saya yang pertama untuk 1/3 dana darurat, 1/3
menabung dan 1/3 pengeluaran sehari-hari. Misalnya Saya mendapatkan uang 200
ribu dari membantu acara teman sebagai WO, misal 70 untuk ditabung, 65 dana
darurat, dan 65 untuk biaya jajan sehari-hari. Begitu juga pendapatan lain,
saya akan membagi tiga pendapatan saya. Kebetulan pandemi ini saya tidak banyak
berkegiatan di luar dan lebih sering berkegiatan di dalam rumah sehingga
pengeluaran bulanan saya juga tidak terlalu banyak, dimana yang biasanya sehari
habis 50 ribu per hari/ +- 1,5 juta sebulan untuk biaya tranportasi dan makan,
namun sekarang 500 ribu sebulan tidak pasti sehingga untuk donasi atau sedekah
bulanan sementara mengambil uang yang dari pengeluaran bulanan. Selain itu jika
saya memiliki keinginan untuk membeli baju, saya harus mengumpulkan uang dari
memotong 50% dari 1/3 uang pengeluaran bulanan dan juga harus membatasi untuk
tidak banyak jajan. Sebagai gantinya membawa bekal dari rumah jika keluar rumah
atau berkegiatan di luar rumah. Dan akhirnya selama hampir 2 bulan saya mulai
belajar mengatur keuangan, kini saya telah memiliki tabungan lebih dari 3 juta,
dan ini pencapaian saya yang sangat berarti. Saya berharap dari
pembelajaran Finansial Planning ini saya bisa mengatur keuangan saya dengan
lebih baik kedepan.
Komentar
Posting Komentar